Brodkes.com -- Di satu desa hiduplah seorang ibu penjual tempe.
Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya.
Ia jalani hidup dengan riang.
"Jika tempe ini yang nanti
mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya...?" Demikian dia selalu memaknai hidupnya.
Suatu pagi dia berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe. Dia berjalan ke dapur, di ambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang.
Tapiii...,
Deg! dadanya gemuruh.
Tempe yg akan dijual, ternyata belum jadi.
Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu 1 hari lagi untuk jadi.
Tubuhnya lemas.
Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan, dan modal membeli kacang kedelai lagi.
Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tau, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa.
"Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku," harapnya.
Dalam hati, dia yakin Allah akan mengabulkan doanya.
Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe.
Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya bergemuruh, dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe. Dan, dia kecewa.
Tempe itu masih belum juga berubah, belum menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri.
🔹 Dia yaqin.., Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi.
🔹 Dia yaqin..., Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah.
Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi..
"Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah...! Bantulah aku, kabulkan doaku," doanya kepada Allah.
Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. "Pasti telah jadi sekarang," batinnya.
Dengan berdebar, dia
intip dari daun itu, dan belum jadi.
Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut.
"Keajaiban Tuhan akan datang...pasti..!" yakinnya.
Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin "tangan" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya.
Berkali-kali dia memanjatkan doa. Berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.
Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu.
"Pasti sekarang telah jadi tempe," batinnya.
Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan.
Dan, dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan.
Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.
Air mata pun menitiki keriput pipinya.
"Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Apakah Tuhan ingin aku menderita? Apa salahku?" demikian batinnya berkecamuk.
Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe 1/2 jadi itu di atas plastik yg telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu.
Dan dia tiba-tiba merasa lapar, merasa sendirian.
"Tuhan telah meninggalkan aku..", batinnya kembali bergemuruh.
Air matanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan. Esok diapun tak akan dapat makan.
Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan teman-teman sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai
berkemas.
Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku.
Kesedihannya mulai memuncak.
Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini.
Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat.
Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan, paruh baya tengah tersenyum memandangnya.
"Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya..?" tanya si ibu.
Penjual tempe itu bengong, terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan.
"YaAllah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe," ucapnya.
Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi.
"jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe...??" pikirnya.
"Bagaimana Bu...? Apa ibu menjual tempe setengah jadi..?" tanya perempuan itu lagi.
Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini...? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya..?", ucapnya berkali-kali.
Dan dengan gemetar, dia
buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu.
Dan apa yang dia lihat, sahabat...??
Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama.
Belum jadi..!.
"Alhamdulillah!", pekiknya.
Tanpa sadar segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli.
Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu itu.
"Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang blm jadi..?" tanyanya.
"Oohh..., bukan begitu, Bu. Anak saya yang kuliah S2 di Seoul ingin sekali makan tempe, asli buatan sini," kisah si ibu.
"Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu...?" demikian si ibu menceritakan mengapa membeli tempe yang belum jadi itu.
🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹
Sahabat semua, apa hikmahnya? Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan "memaksakan"
Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita.
Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa dan merasa ditinggalkan.
Padahal Allah paling tau apa yg paling cocok untuk kita.
Bahwa semua rencananya adalah SEMPURNA..
Tempe 1/2 jadi tersebut tidak akan pernah dalam waktu singkat menjadi tempe, karena itu melawan takdir qauniyah yang telah Allah tetapkan.
Takdir qauniyah ini atau takdir kausalitas (sunnatullah) itu akan berjalan seperti biasanya. Itulah hukumnya.
Seperti air akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Namun kita berharap dengan takdir ghaibiyah yang Allah tetapkan, seperti pertolongan yang Allah berikan dari arah yang tidak pernah kita duga.
Contoh lain takdir ghaibiyah ini adalah kita tidak tahu di mana dan kapan kita meninggal, karena itu rahasia-Nya.
Namun, Dia telah menetapkan takdir syar'iat bagi manusia bahwa
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal kebaikan diberikan tempat kembali yang terbaik.
Allah SWT mengingatkan di dalam Alquran bahwa boleh jadi kita sangat menginginkan sesuatu, padahal itu tidak baik bagi kita.
"Dan boleh jadi kita sangat tidak menyukai sesuatu, padahal itu banyak menyimpan kebaikan bagi
kita.." (Al Baqarah 216).
Nah, disini Allah ingin menegaskan Allah-lah Yang Maha Mengetahui apa yg terbaik.
Ketahuilah..,
Tugas kita sebagai manusia sederhana saja yaitu, berusaha semaksimal mungkin, seikhlas mungkin, dan hasil akhir adalah ketentuan اللّÙ‡ُ تعالى Sang Penguasa Alam Semesta ini....
Alqur'an menyatakan bahwa
"Sesungguhnya Allah tdk akan membebani manusia melebihi kemampuannya dan bagi org yg bertaqwa."
Allah berikan priviledge yaitu pasti.
Allah berikan rizki dari "arah yang tidak pernah dia duga.." (Al-Baqarah 286, Aththolaq 2-3)
Semoga bermanfaat..
Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 😊
Sumber: brodkes whatsapp
Redaktur: abr
Foto: ilustrasi/agroyasa
EmoticonEmoticon